Monday, November 19, 2012



Setelah berhadapan dengan beberapa masalah yang melelahkan dan penuh konfrontasi,
aku memutuskan bahwa DIAM adalah cara terbaik menghadapi semua kerumitan ini. 
Aku pun belajar, DIAM menyederhanakan banyak hal. 
Membantu meredam amarah. 
Dan membuat banyak hal terselesaikan dengan sendirinya. 
Biarlah segala keributan dan perdebatan sengit hanya terjadi dalam hati dan pikiranku saja. 
Jika disampaikan pun tiada guna, tiada seorang mengerti. 
Biar Allah yang mendengar,  Allah yang mengerti, dan Allah yang memberikan jawaban atas semua kerumitan ini. 
DIAM, kali ini, 
sungguh menguji kesabaran, dan sekaligus membantuku bertumbuh dalam iman. 
DIAM ku bukan berarti aku menyerah kalah. 
Ada kalanya mengalah untuk menang, 
memaafkan karena mengasihi, 
dan sekali lagi, 
aku belajar MENDOAKAN. 
Saat setiap bentuk keprihatinan disalahartikan, 
dan setiap teguran diterima sebagai permusuhan, 
mundur langkah ke belakang dan menjaga JARAK, 
terasa sangat dibutuhkan. 
Bukan pula berarti hilang KEPEDULIAN. 
Terus setia melangkah di dalam Tuhan. 
Mari kita berperkara, 
saat Tuhan campur tangan, 
kebenaran dan keadilan akan ditegakkan.
Terus berupaya, terus berdoa....

Sunday, November 4, 2012

Pentingnya Membangun Lingkungan Berkarakter

Disadur dari website Timothy Wibowo http://www.pendidikankarakter.com/pentingnya-membangun-lingkungan-berkarakter/

Banyak sekali email yang masuk dan bertanya apa kunci sukses Pendidikan Karakter. Nah, Kali ini kita akan membahas tentang kunci tersebut, kita akan bahas pentingnya sebuah lingkungan yang berkarakter bagi keberhasilan Pendidikan Karakter. Setujukah anda, bahwa untuk mencapai Pendidikan Karakter yang bermutu dan maksimal, dimulai dengan membangun sebuah lingkungan yang berkarakter?

Baiklah, sebelum kita ulas, saya pernah mendengar sebuah pepatah kuno mengatakan: apabila kita berteman dengan penjual minyak wangi, maka kita akan ikut wangi. Sedangkan berteman dengan penjual ikan, maka kita akan ikut amis. Marilah kita renungkan sejenak. Sebenarnya ungkapan tersebut sangat sesuai menggambarkan peran lingkungan dalam kehidupan kita. Lingkungan sangat menentukan proses pembentukan karakter diri seseorang. Lingkungan yang positif bisa membentuk kita menjadi pribadi berkarakter positif, sebaliknya lingkungan yang negatif dan tidak sehat bisa membentuk pribadi yang negatif pula. Lingkungan memiliki peran yang sangat penting dalam membangun karakter-karakter individu yang ada di dalamnya.

Seorang anak kecil yang terbiasa berkata kotor, tentu saja ia meniru dari sekitarnya. Anda tidak perlu jauh-jauh mencari penyebab anak tersebut suka berkata kotor. Tentu saja itu adalah hasil meniru dari lingkungannya. Untuk mengatasinya, lebih baik anda mengatasi dari sumber masalahnya. Untuk menanggulangi penyakit, jangannya anda menunggu salah satu anggota keluarga anda sakit lantas mengobatinya. Bukankah lebih baik anda mulai mengatur pola hidup sehat, sehingga penyakit tidak akan menyerang dan menjangkiti anda. Inilah yang saya maksud dengan mengatasi persoalan dari sumbernya.
Lalu, apakah sumber masalah anak kita berkata kotor? Saya yakin, anda pasti akan memerintah anak anda untuk berhenti berkata kotor, lalu kalau anak anda kembali mengulang dan tidak patuh dengan perintah anda, anda akan memukulnya. Namun, anak anda justru semakin menjadi-jadi karena ia merasa tidak diberi hak untuk mengatur dirinya sendiri. Anda tidak akan mudah meminta si anak yang terbiasa berkata kotor itu untuk berhenti berkata, sementara orang lain juga melakukan yang sama. Untuk itu, titik pemecahannya adalah dengan menciptakan lingkungan yang sehat bagi anak-anak dan individu yang tinggal di dalamnya.


Lingkungan yang berkarakter sangatlah penting bagi perkembangan individu. Lingkungan yang berkarakter adalah lingkungan yang mendukung terciptanya perwujudan nilai-nilai karakter dalam kehidupan, sepeti karakter cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya, kemandirian dan tanggung jawab, kejujuran / amanah, diplomatis, hormat dan santun, dermawan, suka tolong-menolong, gotong royong / kerjasama dan lain-lain. Karakter tersebut tidak hanya pada tahap pengenalan dan pemahaman saja, namun menjadi kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari.

Barangkali dalam benak anda terbayang betapa susahnya membentuk lingkungan yang berkarakter. Semua itu harus dimulai dari diri sendiri yang selanjutnya diteruskan dalam lingkungan keluarga. Diri sendiri harus dibenahi terlebih dahulu sebelum membenahi orang lain. Biasakan membangun pola pikir positif, melakukan kebiasaan-kebiasaan yang baik, membangun karakter diri yang pantang menyerah dan seterusnya. Dalam kehidupan sehari-hari dalam keluarga kita biasakan menerapkan nilai-nilai tersebut. Misalnya, terbiasa jujur dan terbuka pada anak, memberi kesempatan anak berpendapat dalam memutuskan bahan dekorasi rumah, mengajak anak berunding tentang tempat les sekolah, dan mengajak anak untuk ikut berbagi peran dalam menyelesaikan pekerjaan rumah tangga. Hal itu bagian dari proses membangun karakter anak. Salinglah tolong-menolong sesama anggota keluarga. Biasakan anak mengeksplor dirinya. Memberi kesempatan pada anak untuk mengambil keputusan untuk dirinya. Itu merupakan proses demokrasi dalam keluarga.

Kebiaasaan-kebiasaan positif semacam itu pada akhirnya akan diteruskan oleh si anak pada lingkungan sosial yang lebih besar, yakni di sekolah dan masyarakat. Keluarga adalah institusi pertama tempat anak membangun karakternya. Kita sebagai orang tua hendaknya menerapkan pola asuh dan pendidikan yang sehat dan baik dalam keluarga. Dengan begitu, anak-anak kita yang telah tertanam kepribadiannya akan menjadi pribadi yang menyebarkan karakter positif pada lingkungan. Di sekolah, pendidikan karakter juga hendaknya diwujudkan dalam setiap proses pembelajaran, seperti pada metode pembelajaran, muatan kurikulum, penilaian dan lain-lain.

Pernahkah anda memberi kesempatan pada anak anda meluangkan waktu untuk bermain? Atau mendorong anak anda untuk menekuni bakat dan minat yang dimilikinya. Sebenarnya kesempatan bergaul dengan sebaya merupakan proses pengembangan karakter anak. Dengan bergaul, anak akan belajar memahami dirinya dan orang lain. Dengan demikian ia akan belajar bagaimana membangun hubungan dengan orang dan lingkungannya.

Di lingkungan sekolah sebenarnya anak didik memiliki wadah untuk mengembangkan diri dan membangun karakter diri melalui kegiatan ekstrakulikuler. Pendidikan ekstrakulikuler merupakan media untuk membangun rasa tanggung jawab, kemampuan bersosialisasi dan interaksi, toleransi, bekerjasama dan lain-lain.

Namun, seiring dengan tuntutan sekolah dengan berbagai mata pelajaran dan pelatihan untuk Ujian Nasional telah menyita waktu untuk mengembangkan diri mereka. Apakah anda termasuk orangtua yang hanya mendorong anak untuk terus belajar dan mengabaikan minat dan hobi yang dimilikinya? Jika iya, cepat-cepatlah merubah cara pandang anda dan beri kesempatan anak untuk membagi waktu belajar dan bermain.
Kenyataan bahwa kesuksesan seseorang tidak hanya ditentukan oleh prestasi sekolah hendaknya kita sadari. Benar adanya bahwa kemampuan menjalin hubungan dan kecerdasan emosional sebagian besar menentukan proses pengembangan diri dan meraih keberhasilan.

Langkah Awal Pendidikan Karakter

Tulisan ini adalah buah karya Timothy Wibowo yang sangat edukatif bagi orang tua seperti saya. Silakan kunjungi website nya untuk memperoleh informasi lebih lengkap http://www.pendidikankarakter.com/langkah-awal-dalam-pendidikan-karakter/
Happy parenting to all readers

Komitmen merupakan langkah awal jika ingin memiliki karakter yang baik, tetapi komitmen seperti apa yang dibutuhkan untuk mensukseskan pendidikan karakter? Yaitu disiplin terhadap pendidikan karakter itu sendiri. Kali ini kita akan membahas dari sudut pandang sekolah.
Suatu ketika saya sempat mempresentasikan tentang pendidikan karakter dan dampaknya terhadap guru dan karyawan sekolah. Saya dan rekan sengaja menyeting agar lingkungan sekolah menjadi padu dengan isu pendidikan karakter yang akan didengungkan oleh sekolah yang bersangkutan. Saat saya menjelaskan tentang peraturan sekolah dan peraturan kelas, terlihat muka yang kurang nyaman, serta respon yang kurang antusias, serta air muka yang seakan berbeban berat menyikapi pelaksanaan pendidikan karakter.

Dan ditengah-tengah acara saya menjelaskan agar sekolah tidak perlu terburu-buru melakukan perombakan besar dalam aturan sekolah. Saya sangat memahami beban guru dalam mengajar dan kegiatan administrasinya, lakukan step by step yang penting ada komitmen dalam pelaksanaannya dan peliharalah disiplin sebagai motor penggerak pendidikan karakter itu sendiri, itu kuncinya. Disiplin, disiplin dan disiplin.

Sekilas saya jelaskan disiplin orang yang hidup di Indonesia dengan dua musim, berbeda dengan negara yang hidup dengan empat musim. Ketangguhan, daya juang dan inisiatif juga berbeda. Kita di Indonesia adalah wilayah yang tantangan secara alamnya cukup sedikit dibandingkan dengan mereka yang hidup di empat musim. Karena salah satu faktor inilah kita perlu belajar disiplin lebih lagi untuk kehidupan yang lebih baik. Disiplin sangat erat dengan kesuksesan, bahkan disiplin ada dalam satu paket dengan kesuksesan. Apapun yang hendak dicapai dalam kesuksesan itu disiplin adalah dasarnya. Bahkan ukuran disiplin sudah diformulasikan secara rinci oleh Malcolm Gladwell dalam bukunya Outlier, bahwa butuh 10.000 jam kedisiplinan untuk menjadi master dalam bidang apapun. Penyanyi, atlet, profesional di bidang bisnis yang sukses telah melewati proses 10.000 jam. Dan anda tahu siapa saja yang telah menjadi master di bidangnya bukan? Sebut saja, Ruth sahayana, Taufik hidayat, Agnes Monica, Purwacaraka, Juna, Rifat Sungkar, Chairul Tanjung, Hermawan Kertajaya dan masih banyak sekali tokoh yang bisa disebut master di bidangnya masing-masing.

Pendidikan karakter cenderung tak akan pernah tersentuh secara nyata jika ada hanya sebatas proses pemahaman tentang karakter atau hanya bersifat informasi tanpa adanya tindakan. Dewasa ini di media cetak, elektronik dan media internet banyak memberitakan tentang kasus jual beli kunci ujian, contek mencontek, plagiatisme, bahkan kasus kriminal yang dilakukan oleh pelajar, itu semua menunjukan bahwa nilai realisasi karakter bangsa tidak terwujud nyata. Fenomena ini muncul akibat rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia.
Faktor yang mempengaruhi antara lain :
  1. Rendahnya sarana fisik
  2. Rendahnya kualitas guru
  3. Rendahnya kesempatan pemerataan pendidikan
  4. Rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan
  5. Visi dan moralitas pendidik serta anak didik yang rendah
  6. Mahalnya biaya pendidikan Memang menjadi masalah serius di negeri ini

pendidikan karakter anak

Apa Itu Karakter?

Dennis Coon dalam bukunya Introduction to Psychology : Exploration and Aplication mendefinisikan karakter sebagai suatu penilaian subyektif terhadap kepribadian seseorang yang berkaitan dengan atribut kepribadian yang dapat atau tidak dapat diterima oleh masyarakat. Karakter adalah jawaban mutlak untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik didalam masyarakat.

 

Saturday, November 3, 2012

Sekolah dari Tuhan buat Sita

Siang ini aku dan suami mengajak si kecil mendatangi open house kindergarten baru di seberang rumah. 
Tunas Canggih namanya. 
Letaknya di seberang rumah.
Bangunannya baru saja direnovasi dengan gaya post modern yang penuh warna warni ceria. 
Sebuah sekolah swasta untuk anak usia 3 - 6 tahun yang dilengkapi dengan laboratorium science, dapur ukuran anak-anak untuk belajar  memasak, laboratorium matematika, laboratorium komputer, serta permainan outdoor terbaru. 
Aku sungguh terkagum melihat alat bantu belajar, alat peraga, projector tiga dimensi, komputer teranyar serta permainan terlengkap dan tak lupa perpustakaan yang penuh dengan buku warna-warni.
Buah hatiku langsung merasa nyaman dan asyik bermain ditemani guru pendamping yang sedang bertugas.
Ruangan belajar yang sangat ramah anak, tidak kalah dengan guru yang bertugas serta konsultan yang mendampingiku memberi informasi lengkap mengenai sekolah dan fasilitasnya.
Tak lama kemudian anakku sudah sibuk bermain di kolam menangkap ikan emas mungil yang menjadi buah tangan bagi setiap tamu yang datang.
Hmmmm...nanti malam kita beli aquarium baru ya nak, dan kamu akan belajar bagaimana caranya memelihara ikan di rumah.
Sejenak Mrs. Ang dan aku berbagi kisah.
Betapa aku dan anakku telah berjuang mencari sekolah.
Setiap malam anakku berdoa.
Setiap kami pergi ke gereja anakku selalu minta berdoa di altar. 
Kira-kira seperti ini percakapan antara anakku dengan Bapa di surga

....................................................................................................................................................


sita's morning prayer at the chapel

 

 

 

pagi ini sita protes sama bapak, " bapak ga boyeh kerja, cita aja yang cekoyah, bapak di yumah !" bicara nya tegas. akhirnya pagi ini antar bapak ke kantor trus sita dan ibu lanjut hunting sekolah. sebelum keliling cari sekolah mampir doa di kapel dulu. seperti biasa si eneng sita curhat, " Tuhan Yecuuus, Cita mau cekoyah. toyooooong yaaaaa cayiin cekoyah yang guyu (guru) nya banak banak (banyak) yang cekoyahnya nda dikunci bial (biar) Cita boyeh macuuuuk....he eeeeeh....#mikir sejenak, trus lanjut lagi # minta duit yang banaaaak buat cita cekoyaaah (sambil tangan dilur ke atas seolah minta sesuatu) tyus tangan cita bentol bentoool...toyong dicembuhin yaaaa kacih pyestey (plester) heee eeeeh....mmmmmm....sita mau maem duyu ya cama ibu. dadaaaah. mmmmuach (sambil kiss bye) trus bikin tanda salib lalu pulang


 ...........................................................................................................................................................




Aku sungguh terharu mengingatnya. '
Setiap kali kami hendak berburu mencari sekolah untuk si kecil, kami selalu mnyempatkan diri untuk mampir ke Gereja Cathedral St. Joseph di pusat kota. 
Dan tiap kali pula kami pulang dengan tangan hampa.
Sita terlalu muda usianya, atau sekolah sudah tidak menerima murid baru.
Ada juga yang menolak karena Sita tidak mampu berbahasa Mandarin, sementara bahasa pengantar di sekolah tersebut berbahasa Mandarin dan English.
Gegar budaya, gegar bahasa juga rupanya.
Sampai suatu hari kami melihat papan pengumuman dan poster di depan jalan," Opening soon, kindergarten."
Wow, inikah rencana Tuhan buat kami sekeluarga?
Di seberang rumah ?
Too good to be true.
Apa sekolah itu akan menerima Sita dengan segala kondisinya?
"Come on, Whied. Why are you always questioning God's plan for you and your family, " hati kecilku berkata.
Okey God, aku beriman, dan saat ini Engkau sedang bekerja mengatur segalanya.
Setiap hari Sita selalu rajin menanyakan kapan sekolah akan selesai dibangun.
Aku pun selalu setia mengajaknya berjalan ke seberang untuk melihat progress pembangunan sekolah itu.
" Melihat pak Tukang," ujar Sita dengan wajah ceria.
Dan siang ini, semua rasa ingin tahu itu terjawab.
Ya, mereka mau menerima Sita.
Kami pun bisa segera mendaftar dan mendapat diskon yang cukup besar.
Duh, matur sembah nuwun Gusti.
Dana kami cukup untuk membiayai sekolah Sita.
Engkau yang memelihara kami dengan cara Mu yang luar biasa. 
Dan aku tersenyum kecil saat Sita berkata , " Teyima kacih Yecuuuus, teyima kacih Pak Tukang.."

Nak, doamu sudah dijawab Tuhan ya :-)