repost from What School Never Teach - Sekolah Kehidupan
DAHSYATNYA KERJA “PYGMALION EFFECT“
Masih ingat nggak cerita ttg si Pygmalion ini?
Walaupun cerita ini cuma mitologi Yunani, tapi saya tertarik utk membahasnya.
Pygmalion adalah seorang pemahat hebat dari Yunani. Saking hebatnya ia memahat, patung pahatannya mirip seperti patung yang hidup.
Nah..suatu hari, ia memahat sesosok patung wanita. Begitu sempurna dan cantiknya pahatan patung wanita itu, hingga Pygmalion akhirnya jatuh hati pada patung itu. Diperlakukannya wanita pahatan itu dengan penuh kasih, seolah - olah ia benar - benar wanita hidup. Diberikannya perhiasan terbaik, pakaian terindah, dan diperlakukannya pahatan itu dengan penuh perhatian.
Akhirnya si Pygmalion minta kepada Dewi Aphrodite untuk menghidupkan patung itu dan menjadikannya istrinya. Karena kuatnya keyakinan si Pygmalion, Aphrodite pun berkenan mengabulkan doanya.
Begitu kisahnya….sehingga akhirnya disebut Pygmalion Effect
untuk menjelaskan fenomena yang mengungkapkan bahwa apa yang kita harapkan terjadi seringkali akan betul - betul menjadi kenyataan, jika kita benar2 meyakininya.
Dari kisah si Pygmalion ini, banyak para psikolog yang melakukan eksperimen yang membuktikan bahwa ketika “harapan” seseorang begitu kuat, ternyata itu bisa jadi kenyataan.
Contohnya, eksperimen dilakukan kepada para dosen dan mahasiswa. Mahasiswa yang biasa2 aja, dimasukan kedalam kelas akselerasi dimana para dosen tidak diberitahu bahwa mereka adalah mahasiswa yang biasa aja. Para dosen tahunya itu adalah kelas mahasiswa2 pilihan. Apa yang terjadi? Para mahasiswa yang biasa aja ini ternyata bisa achieve sama dengan mahasiswa terbaik tadi karena mereka diperlakukan seperti mahasiswa unggulan.
Saya jadi teringat sama cerita Thomas Alfa Edison. Si Jenius ini dulu ternyata hanya sempet sekolah selama 4 bulan gara2 gurunya nggak sanggup karena Thomas dianggap anak yang terbelakang secara mental. Si guru memanggil Nancy Elliot (Ibunda Thomas) untuk membawa pulang anaknya atau mencari sekolah lain. Sepulang dari sekolah Nancy berkata kepada Thomas “Nak, kamu tau nggak..guru kamu itu tukang bohong!. Kamu itu anak mami yang sangat cerdas dan jenius. Nanti biar mami yang akan mengajar kamu langsung dirumah”
Walaupun Nancy bukan guru atau psikolog. Dia Cuma ibu rumah tangga biasa. Tapi yang luar biasa, IA BETUL2 PERCAYA SEPENUHNYA bahwa anaknya Thomas adalah anak yang cerdas dan jenius.
Saat Thomas bertanya tentang sesuatu tentang pelajarannya, Nancy berusaha mencari jawabannya. Kalau ia tidak tahu, Nancy akan membawa Thomas ke tetangga2nya atau orang2 yang dianggap bisa menjawab.
Hingga suatu hari, ada pertanyaan Thomas yang tidak bisa dijawab oleh Nancy. Akhirnya ia membawa Thomas ke orang2 yang dianggap bisa menjawab. Ternyata tidak ada seorangpun yang tahu jawabannya.
Apa yang dikatakan Nancy pada anaknya “Ooo…MAMI TAU NAK…. KALAU BEGITU TUHAN INGIN KAMU LANGSUNG YANG MENEMUKAN JAWABANNYA!”
Luar biasa….Nancy sebetulnya sedang menanamkan sebuah harapan pada Thomas bahwa ia adalah anak yang luar biasa. Ia sedang meyakinkan kepada anaknya bahwa adalah anak yang cerdas tidak seperti anggapan gurunya atau kebanyakan orang di sekitarnya.
Dan sejarah membuktikan, Thomas Alfa Edison akhirnya dianggap sebagai salah satu manusia jenius yang pernah lahir di muka bumi ini. Sebuah kerja dari Pygmalion Effect!!
Selamat pagi. Selamat berakhir pekan..
Monday, December 23, 2013
Iyanla Vanzant said
Iyanla Vanzant said :
You cannot run away from your
problems. You can distance yourself
in order to look back and assess your
situation, but you can't get away
from a persistent problem. Until you
are willing to sit in the middle of
the problem and pick it apart, piece
by piece, until you get to the core,
you will not be able to resolve it.
You cannot run away from your
problems. You can distance yourself
in order to look back and assess your
situation, but you can't get away
from a persistent problem. Until you
are willing to sit in the middle of
the problem and pick it apart, piece
by piece, until you get to the core,
you will not be able to resolve it.
re post from What School Never Teach - Sekolah Kehidupan
PELAJARAN HEBAT DARI SEORANG ANAK MUDA BERTARIF 2 M !!
(Kisah Langka minggu lalu)
Minggu lalu saya datang di acara ulang tahun sebuah komunitas di sebuah cafĂ© kecil di bilangan Jakarta Selatan. Ada beberapa kalangan yang hadir. Termasuk tokoh2 di balik suksesnya beberapa UKM (Baca : Usaha Kecil Miliaran) di Indonesia. Sebut saja org dibalik suksesnya d’coz . Restoran seafood yang menawarkan makanan ‘High Quality but Stupid Price’ ini selalu bikin heboh dengan ide2 gilanya! Terobosan2 nya bahkan nggak pernah kepikiran sama orang2 kaya kita.
Tapi yang menarik perhatian saya justru bukan itu. Saya tertarik justru dengan kehadiran seorang anak muda (bukan berarti saya udah tua!) yang menurut saya bertipe agak “LANGKA” dan “PERLU DILESTARIKAN”. Perkiraan saya umurnya paling baru 25-30 tahun. Dia adalah Pendiri sebuah perusahaan Digital Consultant yang membidani lahirnya merk2 besar di Indonesia melalui media sosial. Dia juga kolumnis tetap di sebuah majalah bisnis terkenal di Indonesia.
Seperti biasa saya seneng banget berguru ilmu sama orang2 kaya gini. Saya penasaran bagaimana mungkin seorang anak muda bisa bikin perusahan konsultan. Padahal kita tahu, modalnya seorang konsultan itu kan harus punya pengalaman & track record yang panjang. Dan satu2nya yang nggak bisa “dibeli” sama anak2 muda kaya begini adalah ya..pengalaman & track record itu sendiri.
Dia cerita kalau waktu lulus kuliah dulu, dia bekerja di salah satu perusahaan Konsultan asing. Perusahaan ini sangat terkenal dan menjadi konsultan beberapa perusahaan raksasa di Indonesia. Mulai dari ngurusin Marketing research sampai strategi Branding dia kerjain semua.
Nah, waktu kerja disana dia melihat ketimpangan antara perusahaan2 besar dengan para pelaku UKM. Perusahaan2 besar punya dana budget yang besar untuk mem-branding merk mereka. Bagaimana nggak sukses? Mereka didukung oleh tim ahli dan para konsultan yang memikirkan setiap langkah perusahaan2 ini secara detil dan terukur. Budgetnya juga jor2an. Perusahaan2 ini membayar hingga miliaran rupiah ke perusahaan2 konsultan untuk mengurusi Merk mereka supaya bisa menancap di pikiran konsumen Indonesia.
Bagaimana dengan UKM ? Boro2 mikirin Branding, bisa nafas Senin Kamis aja sudah syukur. Buat mikirin operasional supaya nggak minus aja sudah empot2an apalagi kalau harus bayar konsultan untuk memikirkan strategi perusahaan. Terus si anak muda ini berpikir “Bagaimana mungkin UKM lokal kita mampu bersaing sama perusahaan raksasa asing kaya gini?”. UKM lokal kita lama2 bisa babak belur harus bersaing sama merk global karena mereka hanya membuka usaha tanpa tahu strategi bisnis yang tepat.
Apa yang dia lakukan? Dia keluar dari perusahaan itu dan mendirikan sendiri perusahaan konsultan untuk para UKM supaya bisa bersaing sama merk2 asing ini. Ia pasang tarif SEIKHLASNYA! Kadang pernah dibayar 2 M. 2 M ini bukan 2 Miliar, Tapi singkatan dari : Makasih Masss!!
Dia juga keliling ke kampus2 mengajari para mahasiswa yang mau jadi wirausaha muda untuk belajar branding. Dia meninggalkan gaji dan karir bagusnya di perusahaan lamanya untuk menjalani sebuah idealisme yang nggak tau kemana arah masa depannya. Padahal Karir dan gaji tinggi adalah idaman setiap anak2 muda.
Singkat cerita, setelah sekian tahun, perusahaan kecil yang ia dirikan itu akhirnya mulai dikenal banyak orang. Bahkan perusahaannya sekarang ini mengerjakan project klien2 kelas kakap. Belasan perusahaan besar di Indonesia kini memakai jasa perusahaannya. Jadilah perusahaan ini salah satu perusahaan konsultan yang cukup disegani.
Namun walaupun begitu, sampai hari ini dia tetap keliling ke kampus2 dan UKM untuk mengajarkan strategi branding kepada para mahasiswa. Apalagi dia mendalami secara khusus “Digital Campaign” untuk bisnis2 UKM.
Nah apa yang menarik dari cerita ini bagi saya?
Semakin hari saya semakin sering denger berita anak2 muda seperti ini. Anak2 muda yang meninggalkan karir dan gaji besarnya untuk sebuah idealisme sosial yang belum tentu ada duitnya. Malah ada lagi cerita seorang anak muda yang sudah berbisnis dengan berbagai strategi namun belum juga berhasil2. Akhirnya justru ia berubah haluan dari niat bisnis menjadi niat sosial. Ia mengajari para narapidana di penjara berbagai keterampilan kerajinan tangan untuk dijual sehingga bisa merubah kondisi ekonomi para narapidana itu. Tapi justru dari situ akhirnya ia menjadi seorang jutawan muda. Hasil kerajinan tangan buatan para narapidana itu malah akhirnya mendunia.
Mereka ini adalah gelombang baru para SOCIAL ENTERPRENEUR yang memiliki tujuan sosial yang kuat dan merasa harus berbuat sesuatu yang memberikan Impact social ke masyarakat . Buat mereka sukses itu punya definisi lain. Bukan uang atau materi. Tapi seberapa besar impact sosial yang bisa mereka berikan ke masyarakat. Sementara kita masih sibuk mengumpulkan uang untuk bisa jalan2 keluar negri sambil rajin mengupload foto hasil jalan2 kita itu di media sosial, mereka justru turun tangan ke masyarakat memenuhi panggilan jiwa mereka untuk membantu sesama.
Mereka inilah orang2 yang”SUDAH SELESAI DENGAN DIRINYA”.
Tapi yang lebih menarik dan aneh, begitu mereka merubah tujuan hidupnya dari cari uang menjadi menolong orang lain, justru rezeki mereka malah semakin melimpah dan tak terbendung. Jadilah mereka orang2 yang tidak hanya Sukses tapi juga Mulia.
Pulang dari acara itu, saya jadi malu sendiri sama diri saya…!!!
PELAJARAN HEBAT DARI SEORANG ANAK MUDA BERTARIF 2 M !!
(Kisah Langka minggu lalu)
Minggu lalu saya datang di acara ulang tahun sebuah komunitas di sebuah cafĂ© kecil di bilangan Jakarta Selatan. Ada beberapa kalangan yang hadir. Termasuk tokoh2 di balik suksesnya beberapa UKM (Baca : Usaha Kecil Miliaran) di Indonesia. Sebut saja org dibalik suksesnya d’coz . Restoran seafood yang menawarkan makanan ‘High Quality but Stupid Price’ ini selalu bikin heboh dengan ide2 gilanya! Terobosan2 nya bahkan nggak pernah kepikiran sama orang2 kaya kita.
Tapi yang menarik perhatian saya justru bukan itu. Saya tertarik justru dengan kehadiran seorang anak muda (bukan berarti saya udah tua!) yang menurut saya bertipe agak “LANGKA” dan “PERLU DILESTARIKAN”. Perkiraan saya umurnya paling baru 25-30 tahun. Dia adalah Pendiri sebuah perusahaan Digital Consultant yang membidani lahirnya merk2 besar di Indonesia melalui media sosial. Dia juga kolumnis tetap di sebuah majalah bisnis terkenal di Indonesia.
Seperti biasa saya seneng banget berguru ilmu sama orang2 kaya gini. Saya penasaran bagaimana mungkin seorang anak muda bisa bikin perusahan konsultan. Padahal kita tahu, modalnya seorang konsultan itu kan harus punya pengalaman & track record yang panjang. Dan satu2nya yang nggak bisa “dibeli” sama anak2 muda kaya begini adalah ya..pengalaman & track record itu sendiri.
Dia cerita kalau waktu lulus kuliah dulu, dia bekerja di salah satu perusahaan Konsultan asing. Perusahaan ini sangat terkenal dan menjadi konsultan beberapa perusahaan raksasa di Indonesia. Mulai dari ngurusin Marketing research sampai strategi Branding dia kerjain semua.
Nah, waktu kerja disana dia melihat ketimpangan antara perusahaan2 besar dengan para pelaku UKM. Perusahaan2 besar punya dana budget yang besar untuk mem-branding merk mereka. Bagaimana nggak sukses? Mereka didukung oleh tim ahli dan para konsultan yang memikirkan setiap langkah perusahaan2 ini secara detil dan terukur. Budgetnya juga jor2an. Perusahaan2 ini membayar hingga miliaran rupiah ke perusahaan2 konsultan untuk mengurusi Merk mereka supaya bisa menancap di pikiran konsumen Indonesia.
Bagaimana dengan UKM ? Boro2 mikirin Branding, bisa nafas Senin Kamis aja sudah syukur. Buat mikirin operasional supaya nggak minus aja sudah empot2an apalagi kalau harus bayar konsultan untuk memikirkan strategi perusahaan. Terus si anak muda ini berpikir “Bagaimana mungkin UKM lokal kita mampu bersaing sama perusahaan raksasa asing kaya gini?”. UKM lokal kita lama2 bisa babak belur harus bersaing sama merk global karena mereka hanya membuka usaha tanpa tahu strategi bisnis yang tepat.
Apa yang dia lakukan? Dia keluar dari perusahaan itu dan mendirikan sendiri perusahaan konsultan untuk para UKM supaya bisa bersaing sama merk2 asing ini. Ia pasang tarif SEIKHLASNYA! Kadang pernah dibayar 2 M. 2 M ini bukan 2 Miliar, Tapi singkatan dari : Makasih Masss!!
Dia juga keliling ke kampus2 mengajari para mahasiswa yang mau jadi wirausaha muda untuk belajar branding. Dia meninggalkan gaji dan karir bagusnya di perusahaan lamanya untuk menjalani sebuah idealisme yang nggak tau kemana arah masa depannya. Padahal Karir dan gaji tinggi adalah idaman setiap anak2 muda.
Singkat cerita, setelah sekian tahun, perusahaan kecil yang ia dirikan itu akhirnya mulai dikenal banyak orang. Bahkan perusahaannya sekarang ini mengerjakan project klien2 kelas kakap. Belasan perusahaan besar di Indonesia kini memakai jasa perusahaannya. Jadilah perusahaan ini salah satu perusahaan konsultan yang cukup disegani.
Namun walaupun begitu, sampai hari ini dia tetap keliling ke kampus2 dan UKM untuk mengajarkan strategi branding kepada para mahasiswa. Apalagi dia mendalami secara khusus “Digital Campaign” untuk bisnis2 UKM.
Nah apa yang menarik dari cerita ini bagi saya?
Semakin hari saya semakin sering denger berita anak2 muda seperti ini. Anak2 muda yang meninggalkan karir dan gaji besarnya untuk sebuah idealisme sosial yang belum tentu ada duitnya. Malah ada lagi cerita seorang anak muda yang sudah berbisnis dengan berbagai strategi namun belum juga berhasil2. Akhirnya justru ia berubah haluan dari niat bisnis menjadi niat sosial. Ia mengajari para narapidana di penjara berbagai keterampilan kerajinan tangan untuk dijual sehingga bisa merubah kondisi ekonomi para narapidana itu. Tapi justru dari situ akhirnya ia menjadi seorang jutawan muda. Hasil kerajinan tangan buatan para narapidana itu malah akhirnya mendunia.
Mereka ini adalah gelombang baru para SOCIAL ENTERPRENEUR yang memiliki tujuan sosial yang kuat dan merasa harus berbuat sesuatu yang memberikan Impact social ke masyarakat . Buat mereka sukses itu punya definisi lain. Bukan uang atau materi. Tapi seberapa besar impact sosial yang bisa mereka berikan ke masyarakat. Sementara kita masih sibuk mengumpulkan uang untuk bisa jalan2 keluar negri sambil rajin mengupload foto hasil jalan2 kita itu di media sosial, mereka justru turun tangan ke masyarakat memenuhi panggilan jiwa mereka untuk membantu sesama.
Mereka inilah orang2 yang”SUDAH SELESAI DENGAN DIRINYA”.
Tapi yang lebih menarik dan aneh, begitu mereka merubah tujuan hidupnya dari cari uang menjadi menolong orang lain, justru rezeki mereka malah semakin melimpah dan tak terbendung. Jadilah mereka orang2 yang tidak hanya Sukses tapi juga Mulia.
Pulang dari acara itu, saya jadi malu sendiri sama diri saya…!!!
This is a beautiful and powerful article by my dear friend, Immaculée Ilibagiza, author of "Left to Tell," and survivor of the genocide in Rwanda.
Learning How to Love Again After Genocide
Finding Love and Joy After Losing Family
by Immaculee Ilibagiza
After the genocide, I suffered terribly from missing the presence of my parents, my brothers, and my grandparents; I never knew that the quality of their unconditional love would not exist elsewhere. Losing it, not from one of them, but all of them at the same time, left a huge emptiness in my heart, only long prayers and conversations with God could convince me that I was taken care of. Once, someone who heard my story told me words that surely came from God and comforted me a lot. He said, “You don't seem broken as many survivors, but what you are missing is the affection of your loved ones, which can be as hurtful as anything else.” And then he said, “However, in God's infinite wisdom, what you are lacking you can still get. There are two ways, you can get it: by giving it, especially to those who need it most, the orphans, the sick, the homeless; or from people who can love you genuinely.” He also said something that was very meaningful, “However, you can't order people to love you unconditionally. You might be lucky to have those kind of people come into your life, but you don't have to wait, the most sure way is the first one, to give that affection to those in need. That you can control!”
From then on, I started to go to visit the children of the Mother Teresa orphanage, and I played with them, danced and sang with them. The wise man was right: my heart was full of joy and love. What amazed me is that he told me to give it to those who need it most if I truly want to experience unconditional love back! My friends laugh at me when I tell them that God is very smart and truly very kind; you see, He told us to love one another as the greatest commandment. He knew how important this was, and how much we would need to love one another to be able to live this life. This was for our sakes, and so is everything He tells us in the Bible, I mean everything! He is like a parent who tells you to eat vegetables when all you want is cookies for dinner. As children, we don't know, we just want to get what we like, not necessarily always what is good for us.
The Prayer of St. Francis
Lord, make me an instrument of your peace.
Where there is hatred, let me sow love;
Where there is injury, pardon;
Where there is doubt, faith;
Where there is despair, hope;
Where there is darkness, light;
And where there is sadness, joy.
O Divine Master, grant that I may not so much seek to be consoled as to console;
To be understood as to understand;
To be loved as to love.
For it is in giving that we receive;
It is in pardoning that we are pardoned; and it is in dying that we are born to eternal life.
Amen
This prayer of St. Francis is like a quick summation of the messages of the Bible for me. It doesn't get old, and I can meditate on each word I've heard many times, yet I still find something that inspires me to live better. When I found myself in a hard situation like that after the war, and I was missing my family or a friend to console me and to understand me, I reminded my heart of those words. “That I might not seek so much to be consoled as to console.” Though it was at times a bitter-sweet place to be, in the end if I only tried to redirect my heart towards consoling others, not expecting anything in return, it was then that I was happiest.
St. Francis was right, “It is in giving that we receive.” I challenge myself and all of you, my friends, to try to encourage others daily, those around us, to use uplifting, loving, kind words when you are tempted not to. Care for other people's feelings, of course without compromising the truth; sometimes silence is gold. In your daily lives, give hope when there seems to be no hope, smile at the one who is sad, don't hurry to judge, be grateful for the kindness you took for granted around you. I challenge you to think or write down a few things each day that you are grateful about, that you thank God for; it can be a gentle smile you received from a stranger when you needed it or someone who opened a door for you. You will quickly see how much God loves you, and you will want to give back that love!
Learning How to Love Again After Genocide
Finding Love and Joy After Losing Family
by Immaculee Ilibagiza
After the genocide, I suffered terribly from missing the presence of my parents, my brothers, and my grandparents; I never knew that the quality of their unconditional love would not exist elsewhere. Losing it, not from one of them, but all of them at the same time, left a huge emptiness in my heart, only long prayers and conversations with God could convince me that I was taken care of. Once, someone who heard my story told me words that surely came from God and comforted me a lot. He said, “You don't seem broken as many survivors, but what you are missing is the affection of your loved ones, which can be as hurtful as anything else.” And then he said, “However, in God's infinite wisdom, what you are lacking you can still get. There are two ways, you can get it: by giving it, especially to those who need it most, the orphans, the sick, the homeless; or from people who can love you genuinely.” He also said something that was very meaningful, “However, you can't order people to love you unconditionally. You might be lucky to have those kind of people come into your life, but you don't have to wait, the most sure way is the first one, to give that affection to those in need. That you can control!”
From then on, I started to go to visit the children of the Mother Teresa orphanage, and I played with them, danced and sang with them. The wise man was right: my heart was full of joy and love. What amazed me is that he told me to give it to those who need it most if I truly want to experience unconditional love back! My friends laugh at me when I tell them that God is very smart and truly very kind; you see, He told us to love one another as the greatest commandment. He knew how important this was, and how much we would need to love one another to be able to live this life. This was for our sakes, and so is everything He tells us in the Bible, I mean everything! He is like a parent who tells you to eat vegetables when all you want is cookies for dinner. As children, we don't know, we just want to get what we like, not necessarily always what is good for us.
The Prayer of St. Francis
Lord, make me an instrument of your peace.
Where there is hatred, let me sow love;
Where there is injury, pardon;
Where there is doubt, faith;
Where there is despair, hope;
Where there is darkness, light;
And where there is sadness, joy.
O Divine Master, grant that I may not so much seek to be consoled as to console;
To be understood as to understand;
To be loved as to love.
For it is in giving that we receive;
It is in pardoning that we are pardoned; and it is in dying that we are born to eternal life.
Amen
This prayer of St. Francis is like a quick summation of the messages of the Bible for me. It doesn't get old, and I can meditate on each word I've heard many times, yet I still find something that inspires me to live better. When I found myself in a hard situation like that after the war, and I was missing my family or a friend to console me and to understand me, I reminded my heart of those words. “That I might not seek so much to be consoled as to console.” Though it was at times a bitter-sweet place to be, in the end if I only tried to redirect my heart towards consoling others, not expecting anything in return, it was then that I was happiest.
St. Francis was right, “It is in giving that we receive.” I challenge myself and all of you, my friends, to try to encourage others daily, those around us, to use uplifting, loving, kind words when you are tempted not to. Care for other people's feelings, of course without compromising the truth; sometimes silence is gold. In your daily lives, give hope when there seems to be no hope, smile at the one who is sad, don't hurry to judge, be grateful for the kindness you took for granted around you. I challenge you to think or write down a few things each day that you are grateful about, that you thank God for; it can be a gentle smile you received from a stranger when you needed it or someone who opened a door for you. You will quickly see how much God loves you, and you will want to give back that love!
My Awesome God
You shall dwell in the land of Goshen, and you shall be near to me, you and your children, your children’s children, your flocks and your herds, and all that you have. There I will provide for you…—Gen 45:10–11
seminggu lalu terpikir untuk mencoba beri Sita aktivitas bermusik. semata karena baik untuk pertumbuhan jiwanya. tapi bingung mau di kursus kan di mana. kemarin main ke beach club seberang rumah. dan mata saya berbinar meilhat papan pengumuman baru : music lesson for children (piano, violin, trumpet, drum, etc). waitress menjelaskan baru saja dibuka kelas musik di lantai 2. ah... jadi ingat setahun yang lalu sangat ingin Sita bersekolah supaya bisa punya teman bermain. lalu bingung mau disekolahkan di mana. keliling kota cari sekolah. jauh semua. tak lama kemudian sekolah tadika baru dibangun di seberang rumah. sekolah terbaik untuk Sita, and she loves it. terima kasih Tuhan, apa yang tak pernah ku pikirkan , itu yang Engkau sediakan bagiku, bagi kami sekeluarga. You are my Awesome God.
Desember 24, 2013
seminggu lalu terpikir untuk mencoba beri Sita aktivitas bermusik. semata karena baik untuk pertumbuhan jiwanya. tapi bingung mau di kursus kan di mana. kemarin main ke beach club seberang rumah. dan mata saya berbinar meilhat papan pengumuman baru : music lesson for children (piano, violin, trumpet, drum, etc). waitress menjelaskan baru saja dibuka kelas musik di lantai 2. ah... jadi ingat setahun yang lalu sangat ingin Sita bersekolah supaya bisa punya teman bermain. lalu bingung mau disekolahkan di mana. keliling kota cari sekolah. jauh semua. tak lama kemudian sekolah tadika baru dibangun di seberang rumah. sekolah terbaik untuk Sita, and she loves it. terima kasih Tuhan, apa yang tak pernah ku pikirkan , itu yang Engkau sediakan bagiku, bagi kami sekeluarga. You are my Awesome God.
Desember 24, 2013
Thursday, October 17, 2013
The Father's Blessing
so
many great stories waiting to be written
and it all dancing inside my head
now..
but my heart full with joy and God's abundant love
and i decide to enjoy
the moment and be still
i will be still and know He is
an awesome God
no words can explain how
i feel right now
or may
i say this powerful words from God
...on
earth as it is in heaven...
... di atas bumi seperti di dalam surga. ..
the Father put his hands
upon my head,
and put his blessing on me,
and for the moment i felt i am freed,
all the chain of sadness and sorrow were broken,
all my thirst of Gods love
were fulfilled,
and i was surrounded by the greatest joy, the perfect love, the
ultimate power of the universe but the cuddliest and gentle way a person could
ever imagine...
i ask no more for i am
truly blessed by Him
-whied bernadete
after came back from CSE Monasteries Tambunan, Kota Kinabalu
Oct 8 2013
berhenti menghakimi dan melukai
traveling melihat dunia itu tidak harus mahal
bisa juga menjawab kebutuhan hati
dengan berhemat dan menabung
itu bisa terwujud
.
.
.
lagi-lagi di judge karena habis traveling
dianggap buang-buang duit
mereka tahu ga sih kami ke sana untuk berdoa
dan mengunjungi salah satu biara
karena saat ini saya dan keluarga sangat membutuhkan dukungan doa
ga pernah nyusahin bukan berarti kami ga punya masalah bukan?
coba berkaca dengan diri sendiri dulu
atau mungkin bertaya pada kami apa yang sudah kami lalui tanpa kalian di sini
BERHENTI MENGHAKIMI dan MELUKAI
saya juga masih punya hati
dan saya lelah terus diam saat ini
Subscribe to:
Posts (Atom)