Setelah berhadapan dengan beberapa masalah yang melelahkan dan penuh konfrontasi,
aku memutuskan bahwa DIAM adalah cara terbaik menghadapi semua kerumitan ini.
Aku pun belajar, DIAM menyederhanakan banyak hal.
Membantu meredam amarah.
Dan
membuat banyak hal terselesaikan dengan sendirinya.
Biarlah segala keributan
dan perdebatan sengit hanya terjadi dalam hati dan pikiranku saja.
Jika
disampaikan pun tiada guna, tiada seorang mengerti.
Biar Allah yang mendengar, Allah yang mengerti, dan Allah yang memberikan jawaban atas semua kerumitan
ini.
DIAM, kali ini,
sungguh menguji kesabaran, dan sekaligus membantuku
bertumbuh dalam iman.
DIAM ku bukan berarti aku menyerah kalah.
Ada kalanya
mengalah untuk menang,
memaafkan karena mengasihi,
dan sekali lagi,
aku belajar
MENDOAKAN.
Saat setiap bentuk keprihatinan disalahartikan,
dan setiap teguran
diterima sebagai permusuhan,
mundur langkah ke belakang dan menjaga JARAK,
terasa sangat dibutuhkan.
Bukan pula berarti hilang KEPEDULIAN.
Terus setia
melangkah di dalam Tuhan.
Mari kita berperkara,
saat Tuhan campur tangan,
kebenaran dan keadilan akan ditegakkan.
Terus berupaya, terus berdoa....